Indonesia Kirim Bantuan ke Myanmar, Menteri Luar Negeri: Tidak Ada Halangan dalam Komunikasi dengan Pemerintahan Militer

Menteri Luar Negeri (Menlu) Sugiono menyatakan bahwa tak ada gangguan pada komunikasinya antara Pemerintah Indonesia dengan otoritas Myanmar terkait pengiriman bantuan kemanusiaan untuk para korban gempabumi.
Pernyataan itu disampaikan saat konferensi pers di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, pada hari Kamis (3/4), sebelum pengiriman bantuan menuju Myanmar.
Saat ini Myanmar dikendalikan oleh pemerintahan militer yang mengambil alih kekuasaan melalui kudeta pada tahun 2021. Penguasaan junta tersebut kurang mendapat pengakuan dari masyarakat internasional.
"Kami bekerja sama dengan sangat efektif, seperti yang baru saja saya sebutkan, melibatkan semua Kementerian Luar Negeri ASEAN, dan kita telah mengadakan pertemuan koordinasi kemarin, bahkan ada wakil dari pemerintahan Myanmar ikut serta," jelasnya.
Sugiono pun mengatakan bahwa kerjasama yang efektif terjalin lantaran Indonesia dan Myanmar termasuk bagian dari satu kelompok yaitu ASEAN.
"Maka hambatan komunikasi pun tidak ada, sebab kita berada di bawah payung ASEAN dan mereka juga mengatakan bahwa mereka memerlukan bantuan," tambahnya.

Sebelumnya, Kemlu Republik Indonesia telah mengirimkan bantuan kemanusiaan kepada para korban gempa berkekuatan 7,7 magnitudo di Myanmar pada tanggal 28 Maret 2025.
Bantuan itu diluncurkan secara resmi oleh Menteri Luar Negeri Sugiono pada suatu upacara di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, pada hari Kamis (3/4).
"Hari ini di awal pagi, seperti telah disebutkan sebelumnya, kami berencana untuk mengirim bantuan humaniter ke Myanmar karena pada 28 Maret kemarin neger tersebut terkena musibah gempa bumi," ungkap Sugiono dalam pidatonya.

Sugiono menjelaskan bahwa gempa bumi yang melanda Myanmar telah menewaskan banyak orang dan merusak properti secara parah. Sampai kini, total korban meninggal masih naik karena situasi keamanan serta politik di negara tersebut yang belum stabil.
"Hingga saat ini, akibat situasi keamanan dan politik di Myanmar yang belum stabil pula, jumlah korban serta dampak kerusakan hingga kini terus bertambah sesuai dengan data yang kita punya. Hingga sekarang, telah tercatat 2.886 orang meninggal dunia dan 4.636 lainnya cidera. Selain itu, masih ada sekitar 300 individu yang dilaporkan menghilang," jelasnya.